Wellhead

Written on 15.42 by Dimas Sugeng Rachmadi

Wellhead, Hangers dan X-Mas Tree Wellhead merupakan salah satu komponen penting dalam proses pengeboran selain semen atau packer. Wellhead ini dipasang pada setiap akhir dari casing dan tubing string di permukaan sumur. Di dalam kelompok wellhead, termasuk pula casing head, casing head spool, tubing head spool, dan christmas tree. Wellhead memiliki dua fungsi penting, yaitu: 1. Sebagai penyangga casing string Setiap casing dan tubing yang dimasukkan ke dalam sumur secara fisik tergantung pada wellhead. 2. Sebagai tempat terpasangnya alat pengontrol aliran Wellhead dirancang untuk dapat dihubungkan dengan alat pengontrol aliran dari dan ke dalam sumur. Pada tahap pengeboran, alat pengontrol aliran ini dikenal sebagai blow out preventer stack atau BOP. BOP ini dipasang pada permukaan wellhead dan digunakan terus hingga tubing masuk ke dalam sumur. Pada tahap completion, tugas BOP diganti dengan sistem pengontrol aliran atau yang dikenal dengan nama Christmas Tree. Ada empat tipe dasar dari wellhead, yaitu: 

1. Wellhead Sistem Konvensional Spool 
2. Wellhead Sistem Compact Spool 
3. Wellhead Sistem Mud Line Suspension 
4. Subsea Wellhead 

1. Wellhead Sistem Konvensional Spool Pada tipe ini, conductor atau surface string joint yang terakhir di-install ke casing head dengan sambungan ulir untuk threaded connection atau sambungan las untuk welded connection. Profil dalam casing head disiapkan untuk menyangga casing yang selanjutnya. Untuk melengkapi proses ini, pada joint terakhir casing dipasang hanger dan didudukkan di dalam casing head. Tipe hanger tersebut dikenal dengan nama slip hanger. Hanger jenis ini hanya cocok untuk berat casing ringan dan menengah. Untuk hanger alternatif dapat digunakan mandrel hanger dimana casing joint terakhir disambungkan ke hanger tersebut melalui ulir yang telah tersedia. Untuk menyangga casing berikutnya, dipasang casing head spool diatas casing head. Casing head spool ini memiliki profil dalam yang serupa dengan casing head. Akhirnya, untuk menyangga production tubing string, digunakan spool yang dikenal dengan nama tubing head spool dan dipasang diatas casing head spool. Setelah completion string terpasang, barulah BOP dilepas kemudian dipasang Christmas tree. 
 2. Wellhead Sistem Compact Spool Wellhead sistem compact spool biasanya dikenal juga dengan beberapa nama seperti Unihead, Uni Wellhead atau Unitized Wellhead. Sistem ini adalah pengambangan dari sistem konvensional spool dimana casing head spool dan tubing head spool terintegerasi menjadi satu kesatuan. Sehingga sistem ini dapat menghemat waktu drilling dan meningkatkan keamanan karena tidak perlu melepas BOP seperti yang terjadi pada sistem konvensional dimana BOP harus dilepas pada setiap pemasangan casing head spool atau tubing head spool. Untuk diketahui, dilepasnya BOP memiliki potensi yang membahayakan bagi keamanan sumur, karena hidrokarbon dapat muncul ke permukaan dengan tekanan tinggi secara tidak terduga mengingat bagian bawah sumur merupakan daerah yang mengadung hidrokarbon. Secara garis besar sistem compact spool atau sistem dengan satu spool, profil dalamnya telah disiapkan untuk menyangga lebih dari satu casing string, misalnya penyangga intermediate casing string, production casing string dan production tubing string berada dalam satu spool. Dengan menggunakan sistem satu spool ini, selama proses drilling, BOP tidak perlu untuk dilepas dari spool hingga tahap completion. Sistem ini juga mencakup pengembangan pada casing dan tubing hanger. Pengembangan tersebut yaitu casing hanger dan tubing hanger yang digunakan sudah memiliki sistem sealing dan penguncian yang terintegrasi dengan badan casing hanger atau tubing hanger. 
 3. Wellhead Sistem Mud Line Suspension Pada sistem ini, wellhead dipasang di dasar laut tetapi production casing dan production tubing-nya disambung hingga platform atau production well jacket. Meski demikian, berat production casing dan production tubing tidak disangga oleh platform atau production well jacket. Wellhead ini terdiri dari dua bagian utama, yakni: 1. Wellhead yang dipasang di dasar laut akan digunakan sebagai penyangga casing string. 2. Perpanjangan (extension) casing string yang dipasang dari wellhead di dasar laut hingga subsidiary wellhead di platform dimana BOP dan Christmas Tree akan terpasang. Ketika sumur akan selesai, christmas tree dipasang diatas wellhead di dalam laut atau diatas permukaan laut dengan menggunakaan jacket kecil. Jika christmas tree akan dipasang pada kedalaman laut, maka perpanjangan casing dilepaskan dari wellhead lalu christmas tree dipasang. Sistem ini dapat dijadikan alternatif jika penggunaan sumur ingin ditunda sementara waktu. Hal ini dapat dilakukan dengan menutup wellhead setelah perpanjangan casing string dilepas dari mudline. 
 4. Subsea Wellhead Pada offshore exploration, subsea wellhead ini dapat dijadikan alternatif dimana wellhead ini dipasang pada sumur di dasar laut yang dalam (deep water) atau sangat dalam (ultra deep water). Subsea wellhead merupakan sistem wellhead yang tidak memerlukan fixed platform. Prinsip kerja dan fungsi subsea wellhead ini sama seperti wellhead di permukaan (surface), hanya saja wellhead ini dipasang di dasar laut. Kondisi kerja dan lingkungan yang berbeda mengakibatkan peralatan dan proses pemasangan menjadi sangat berbeda dengan wellhead di permukaan. Dikarenakan wellhead dipasang di dasar laut, maka BOP dan christmas tree juga terpasang di dasar laut,

1 sho setara dengan apa ya? (All about Zakat Fitrah)

Written on 10.53 by Dimas Sugeng Rachmadi

From: Amiruddin [mailto:Amiruddin@Newmont.com] Sent: Thursday, September 17, 2009 10:42 AMTo: Dimas Sugeng Rachmadi; Danang Purwanto; Citra Widayanti; Rina Trisnawati; Winarto; Jupriyatmoko; rustam riyadi; andri Budi Santoso; Nursayekti; nurhasanah@gearindoprakarsa.co.id; ari cahyoSubject: RE: Hukum Zakat Fithri dengan Uang

1 Sho menurut berbagai Mazhab..
Satu sho sama dengan empat mud. Menurut hanafiyah, satu mud sama dengan 1,032 liter atau 815,39 gram. satu sho’ sama dengan 4,128 liter atau 3261,5 gram. Adapun menurut Imam syafi’i, Ahmad, Malik, satu mud sama dengan 0,687 liter atau 543 gram. satu sho’ sama dengan 2,748 liter atau 2176 gram
Kadar zakat fitrah itu 1 sha’ kurma kering, tepung gandum, kismis, keju dan makanan lainnya.
Diperbolehkan pula menunaikan zakat fitrah dengan sesuatu yang menjadi kemampuan suatu negeri, seperti:1 sha’ beras dan lain-lain. Adapun maksud sha’ di sini adalah sha’ menurut Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam yaitu 4 kali dua telapak tangan laki-laki dewasa yang betul-betul dianggap adil.
Hanyasanya yang paling utama untuk dizakati adalah makanan yang mengenyangkan, sebab makna yang dzahir(jelas) dari hadits Abu Sa’id al-Khudry Radliyallahuanhu adalah
عن أبى سعيد الخدريّ رضي الله عنه قال:كنّا نعطيها فى زمن النّبيّ صلّى الله عليه و سلّم صاعا من طعام أو صاعا من تمر أو صاعا من شعير أو صاعا من أفط أو صاعا من زبيب
فلمّا جآء معاوية و جآءت السمرآء قال:أرى مدّا من هذه يعدل مدّين
قال أبو سعيد:أمّا أنا فلا أزال أخرجه كما كنت أخرجه على عهد رسول الله صلّى الله عليه و سلّم (رواه البخارى(
Artinya,”Dari Abu Sa’id al-Khudry Radliyallahuanhu ia berkata:Kami menunaikan zakat fitrah pada zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dengan 1 sha’dari makanan, atau kurma kering, atau tepung gandum, atau susu kering(keju), atau anggur kering(kismis), maka ketika Mu’awiyah Radliyallahuanhu datang dengan membawa gandum(dari Syam). ia berkata,”saya berpendapat bahwa jika dengan ini(gandum dari Syam) sebanyak 1 sha’ maka alangkah adil jika untuk yang selainnya adalah 2 sha”, maka Abu Sa’id Radliyallahuanhu berkata:”saya tidak akan menghapus cara pengeluarannya sebagaimana kami mengeluarkan(menunaikan)nya di zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam”. (HR. al-Bukhary)
1 Sho’ beratnya sekitar 2040 kg gandum.Bila dilebihkan dari ukuran 1 sho’ dgn niat shadaqoh maka boleh hukumnya..

Kalau dikita biasa disepakati 1 sho setara dengan 2.5 – 3 Kg Beras.

Source : Unknown

what is corrosion ?

Written on 15.10 by Dimas Sugeng Rachmadi

Derivation of the Name

The word corrosion is derived from the latin word “corrodere” that means to gone away or to wear away.

Technical Definition
Corrosion is the degradation of material that occurs when it reacts with environment
Degradative Processes
1 Electrochemical reaction
2 Oxidation reaction
3 Wear
4 Fracture

Environment
Atmsopheric environment
Aqueous environment


Preventing Economic Losses
Corrosion associated losses in Singapore is of the tune of 2 billion dollars ( 4 % of the gross national product in the advanced countries)
Preventing The loss of Natural Resources
Metals and alloys lost by corrosion process can not be reclaimed since they get distribution everywhere.
For Maintaining the Sanity of Environment
1. The leak in oil tanks can for example be very hazardous for health.
2. Underground water mains
3. Gas leak in Bhoval
4. 1986 Chernobyl disaster

Improving Health Care
Body implants
Metallic pipes carrying potable water
Safety consideration
Technology
1. Electronic equipments
2. Offshore oil platforms
3. Nuclear power plants

Aerospace application : high temperature and wear resistance towards corrosion.
Automobiles sector : resistance towards various types of wet corrosion.


Is corrosion always harmful ?

Corrosion can also be used to derive some beneficial effects such as
Pickling of steel
Storage of electrical energy in dry cells
Anodizing of aluminium
Passivation
Etching
Chemical machining

THE GLOBALLY INTEGRATED ENTERPRISES

Written on 15.21 by Dimas Sugeng Rachmadi

JOURNAL F.PALMISANO

THE GLOBALLY INTEGRATED ENTERPRISES

(REF : GLOBALLY AFFAIR : VOLUME 85 NUBER 3, MAY/JUNE 2006 BY F.PALMISANO)



Corporate Evolution
In its early forms, the corporation was a creature of the state. Governments chartered and sanctioned corporations to perform specific duties on behalf of the nation and its rulers. This changed somewhat during the nineteenth century, when the United Kingdom, the United States, and other countries granted company owners limited liability, and corporations gained a more liberated status as independent “legal persons.” The mid-nineteenth century saw the emergence of what can be called the international corporation. In some industries, corporations used these routes to import raw materials (diamonds, rubber, tea, and oil) and export finished products (chocolate, soap, margarine, and other manufactured consumer goods). A second phase in the corporation’s life began in 1914, with the conflagration of World War I and the subsequent collapse of economies in the United States and Europe. International corporations found their trade-based networks blocked. The spread of protectionism in the 1920s and 1930s led to the rise of tariªs, exchange controls, and other trade barriers. In response, businesses began to evolve into what is today recognized as the mnc. The mnc was a hybrid. On the one hand, it adapted to trade barriers by building local production. American mncs such as General Motors and Ford, for instance, built auto plants in Europe and Asia, thus allowing them to sell to important local markets without incurring tariª penalties. On the other hand, the mnc performed some tasks on a global basis, such as research and development (R & D) and product design. Emerging globally integrated enterprise is a company that fashions its strategy, its management, and its operations in pursuit of a new goal: the integration of production and value delivery worldwide. State borders define less and less the boundaries of corporate thinking or practice.
Global Integration
The shift from multinational corporation to globally integrated enterprise has assumed two distinct forms. The first has involved changes in where companies produce things; the second, changes in who produces them. Until recently, companies generally chose to produce goods close to where they sold them. As a consequence, most foreign investments targeted specific foreign markets.Today, overseas The most visible signs of this change can be seen in China and India. By one estimate, between 2000 and 2003 alone, foreign firms built 60,000 manufacturing plants in China. Some of these factories target the local Chinese market, but others target the global market. European chemical companies, Japanese carmakers, and U.S. industrial conglomerates are all building (or have declared their intention to build) factories in China to supply export markets around the world. Similarly, banks, insurance companies, professional-service firms, and it companies are building R & D and service centers in
India to support employees, customers, and production worldwide. As shared business practices spread, along with shared modes of connecting business activity, companies can hand over more and more of the work they had previously performed in-house (from back-o⁄ce support work, such as invoicing and employee-benefits administration, to R & D, sales, and customer support) to outside specialists.
Systemic Changes
The globally integrated enterprise will require fundamentally different approaches to production, distribution, and work-force deployment. Sustainable competitive advantage has never come only from productivity or inventiveness. Real innovation is about more than the simple creation and launching of new products. It is also about how services are delivered, how business processes are integrated, how companies and institutions are managed, how knowledge is transferred, how public policies are formulated—and how enterprises, communities, and societies participate in and benefit from it all. opportunities and challenges The globally integrated enterprise can deliver enormous economic benefits to both developed and developing nations. The integration of the work force in developing countries into global systems of production is already raising living standards, improving working conditions, and creating more jobs in those countries. Small and medium-sized businesses everywhere, particularly, are benefiting. The shift from mncs to globally integrated enterprises provides an opportunity to advance both business growth and societal progress. But it raises issues that are too big and too interconnected for business alone or government alone to solve. The globally integrated enterprise is a promising new actor on the world stage. Now leaders in business, government, education, and all of civil society must learn about its emerging dynamics and help it mature in ways that will contribute to social, economic, and human progress around the planet.

A RESOURCES-BASED VIEW OF COMPETITIVE ADVANTAGE AT THE PORT OF SINGAPORE

Written on 15.19 by Dimas Sugeng Rachmadi

A resource-based view of competitive advantage at the Port of Singapore*

Ref : JohnR.M.Gordona,Pui-MunLeeb,HenryC.LucasJr.c,* a Queen’s School of Business,Queen’sUniversity,Kingston,Ont.,CanadabNanyangBusinessSchool,Nanyang Technological University,SingaporecRobertH.SmithSchoolofBusiness,UniversityofMaryland,
CollegePark,MD20742,USASustaining Competitive


1. A resource-based view of competitive advantage at the Port of Singapore*.
The purpose is to describe the key resources, including operations and information technology (IT ) that have contribute to the competitive position of the Port of Singapore. The Port of Singapore has a chieved a sustainable competitive advantage relative to other locations by carefully building asset of resources that other Ports would find very difficult to match. Some of these resources are natural (a superb sheltered).
1.1 Data,
Undertake by Interviewed MrEricLui, ExecutiveVicet-President (InformationTechnology) /Executive Vice - President, Container Terminals Division and several members of his staff at PSA. Second, one author visited Kent Ridge Digital Laboratory, the organization that assisted in developing expert systems at the port
1.2 Resouces at the Port.
Singapore’s most important natural resources include its large, protected harbor,its location on major trade routes,and the skills of its well-educated workforce.
1.3 Operation at the Port
1.4 Enabling the Port Operation
Features or enablers that make the Port operations highly effective and help sustain its competitive edge are Singapore has a large merchant fleet,3037 ships with 25.572 million gross ton sattheend of 2003. Second, PSA is the largest owner of warehouse space in Singapore, managing over 500,000 m2 of space. Third,PSA’s work force is trained to focus on customers. A quality culture is prevalent in the organization. The Port has programs such as the ‘Key Customer Managers’ and ‘Chat Time’.
1.5 Innovation in Information and Operation Technology
PSA has invested heavily in information and operations technology, both to solve immediate operating problems and to remove constraints on the growth of container traffic.
1.6 Key Performance Data
PSA facilities can provide on average 100 container moves per hour. Itr ecorded 280.4 containers moves per hour in 2001 with the ship ‘APL Sardonyx’. PSA Marine, a wholly-owned subsidiary, performed 108,048 pilot age jobs and 94,904 tug jobs in 1997. The company provides high standards of service as 99 % of pilot age jobs were serviced with in 30 min and 96 % of tug jobs were serviced within 15 min.

2. Conclusions
2.1 PSAs Strategy In Summary, Singapore began with two natural resources : its location and a large, protected, deep-water Port. These resources, while rare and valuable, were imitable and substitutable.
2.2 Competitive Response, .The Port cut fees by a total of S$ 300 million for 1 year, and began a new policy to promote greater customer focus and flexibility.
2.3 Implication for Management, Managers should look at resources provided by nature and build resources to supplement them. Not all important resources are under the control of an organization, so one must (1) identify externa lresources that can be used to one’s advantage and (2) build internal resources capable of enhancing those external resources).

OSCILLATING BETWEEN A RELATIONSHIP-BASED AND A MARKET-BASED MODEL THE SALIM GROUP

Written on 15.17 by Dimas Sugeng Rachmadi

JOURNAL DIELEMAN & SACH

OSCILLATING BETWEEN A RELATIONSHIP-BASED AND A MARKET-BASED MODEL THE SALIM GROUP

(REF : PUBLISED ONLINE : 13 DECEMBER 2006 # SPRINGER SCIENCE + BUSINESS MEDIA, LLC 2006 BY MARLEEN DIELEMAN & VLADIMIR SACH)



1. Salim Group philosophy :
[Liem’s] philosophy was the right one. He already knew what I learnt much later: You need to have a company with a continuous positive cash flow. With this you can borrow 3 times as much. He started with cement, and was the only cement-maker for the first 10 years. He had a monopoly in cement and also in [flour] milling with Bogasari. He was very smart to see this. With the cash-flow from these businesses he built up the rest. BCA [Bank Central Asia], the bank, helped in this. BCA was created early on
This is his biggest strength: he could foresee what others could not.
Suharto had a group of favourite ethnic Chinese businessmen, but none of them became as successful as Liem, whose Salim Group developed into the largest diversified group in Indonesia. The Group earned the reputation of one of the most professionally run conglomerates in the country. It is likely that this crony model facilitated the development of professional management skills that enabled the Salim Group to grow beyond a typical Chinese Family Business and surpass its peers.

2. Institutionalising the business
Rapid growth also offered opportunities for the group to distance itself from the profitable but risky Indonesian alliances into the international business arena. In the words of Anthony Salim: From 1972 that’s when the crossover occurred. When we start to become much more by design rather than opportunity driven. Design in the selection of the business opportunity. (..) We still have the contacts and contracts with the government. From 1979 we started to sort of elevate ourselves from government to market based enterprise. We do understand a lot of political implications, because we try to choose that it is much more on business directions rather than government related business— which is still good. Another characteristic is that of course we start to balance our portfolio. We have no pretension to hide that we have started to invest outside Indonesia since 1975, when we created our Singapore and Hong Kong companies.
Although Liem in his time perceived the opportunities of a relationship-based model for his emerging conglomerate, his son and heir Anthony Salim foresaw that another model, independent of personal relationships, was necessary. But even though Anthony Salim claims that the pendulum swung in the direction of market-based strategy in 1972, there is plenty of evidence that the relationship-based model continued simultaneously.3 Sato (1993) suggests numerous links to the government in her study of the Salim Group. Telling examples are the 30% ownership of the Suharto family in Bank Central Asia,4 and government support to Indocement in 1985 (Dick 1985). Yet what Anthony Salim called the “designed” or market-based strategy also took off, in the form of rapid internationalisation. Anthony Salim, with his UK education and international experience, probably triggered this transition. In 1995 as much as 26% of the group activities were located outside Indonesia, mostly in Hong Kong, The Netherlands, Singapore and China (Salim Group brochure, 1995–1996). With earnings of over USD 20 billion, and a large geographical scope, the Salim Group could now be considered a substantial “dragon multinational” in the region (Mathews, 2006). In the 1990s the group placed non-core businesses under trusted professional managers, whereas the traditional cash cows in Indonesia, in particular Indocement, Bogasari and Indofood, remained under direct leadership of the Salim family and their associates. Thus while business diversified the soul of the now impressive Salim Group remained in their Indonesian (quasi) monopolies, which were strongly associated with preferential treatment by the Suharto government.

In conclusion, the case study of the Salim Group suggests the existence of two different strategic forces: the pull of the relationship-based model and the push to the market-based model. This empirical research, one of the first longitudinal studies on this topic, strongly supports theoretical work on the transitions from a relationship-based to a rule-based model (Peng, 2003; Peng & Zhou, 2005). It further clarifies how internal factors, such as generational change, and external factors, such as regime change, influence the strategic model of the Salim Group over time. In addition to finding evidence for a one-directional
transition we note that external and internal stimuli give rise to an oscillatory pattern. As
such, this paper supports existing theory but also proposes a new and rich method of
studying how these transitions take place.

THE CHIEF STRATEGY OFFICER

Written on 15.15 by Dimas Sugeng Rachmadi

Ref : (R. Timothy S. Breene, Paul F. Nunes, and Walter E. Shill)

WHY WE NEED A CHIEF STRATEGY OFFICER
CSOs handle three critical strategy implementation tasks:
Engendering commitment to strategic plans. CSOs articulate a clear definition of your company’s strategy and explain how each person’s work relates to it. Driving immediate change. CSOs facilitate the change initiatives required to execute the strategy.
Promoting decision making that sustains change. CSOs ensure that strategic decisions don’t get watered down or ignored as they’re translated throughout the organization.
HELP WANTED: FINDING A QUALIFIED CSO
Finding someone with the skills and experience needed to develop strategy, translate it for people across functions and business units, and drive organizational change is not easy. To help companies evaluate candidates, we’ve developed a checklist of some of the personal and behavioral traits necessary for the job, listed here in order of relative importance.
• Deeply trusted by the CEO.
CSOs are often given carte blanche to tackle companywide challenges and seize new business opportunities, so there must be a strong bond of trust between the strategy chief and the CEO.
• A master of multitasking.
Our survey revealed that CSOs are responsible for upward of ten major business functions and activities, as diverse and demanding as M&A, competitive analysis and market research, and long-range planning. CSOs therefore must be capable of switching between environments and activities without losing speed.
• A jack of all trades.
Less than one-fifth of our survey respondents spent the bulk of their careers (pre-CSO) on strategic planning. Most reported significant line-management and functional experience in disparate areas, including technology management, marketing, and operations.
• A star player.
Most CSOs can point to impressive business results earlier in their careers. They usually view the strategy role as a launching pad, not a landing pad.

• A doer, not just a thinker.
CSOs split their time almost evenly between strategy development and execution, but their bias is toward the latter.
• The guardian of horizon two.
Senior teams generally have a good handle on short- and long-term issues CSOs must be able to refocus the organization’s attention on horizon two, the critical period for strategy execution.
• An influencer, not a dictator.
Strategy chiefs don’t usually accomplish their goals by pulling rank. They sway others with their deep industry knowledge, their connections throughout the organization, and their ability to communicate effectively at all levels of the company.
• Comfortable with ambiguity.
All executives today must exhibit this trait, but it’s especially true for CSOs, whose actions typically won’t pay off for years. The role tends to evolve rapidly, as circumstances dictate, requiring an extraordinary ability to embrace an uncertain future.
• Objective.
Given their wide remit, CSOs have to be perceived as objective. An openly partisan CSO, or one who lets emotions or the strength of others’ personalities cloud his or her vision, is sure to fail.
The CEO’s Burden
The CEO is ultimately responsible for the vision and strategy of the corporation—so why hire a CSO? There are good reasons for CEOs to delegate strategy responsibilities to another in the C-suite. CEOs are being weighed down by the ever-growing complexity of doing business in a global economy. Networks of companies are a great boon to industry, as alliances, partnerships, and close supplier relationships facilitate the flow of mint challenge for stressed-out executives, as big companies enter into literally thousands of relationships

NARRATING ORGANISATIONAL IDENTITIES BY WAY OF EVOLUTIONARY TALES- TALKING SHELL FROM AN OIL TO AN ENERGY COMPANY

Written on 15.12 by Dimas Sugeng Rachmadi

(REF : Lise Backer , Department of Organization, Copenhagen Business School, Kilevei 14A, 2000 Frederiksberg, Denmark)




1. Shell, analysing the narrative battles over Shell’s organizational identity the present article offers a contribution to the field of organisational identity theory (e.g. Czarniawska, 1997; Dutton & Dukerich, 1991). To this end the article draws on publicly available data extending over more than a decade—a period during which Shell has changed from being an oil company to become an energy company. The overall research question addressed below is: How do narrators seek to narrate the organisational identity of a large Multinational company like Shell, and what does such a narration imply for the conceptual uderstanding of organisational identities?

2. Organisational identity and evolutionary tales, Czarniawska (1997) views Organisational identities ‘‘as a continuous process of narration, where both the narrator and the audience are involved in formulating, editing, applauding, and refusing various elements of the Overproduced narrative’’ (p. 49). The audience for narrations of this ever-produced Narrative—that is, the organizational identity—is not a single homogeneous one. Rather, it is
several different audiences encompassing various groups of employees and various key external stakeholders. Thus, while talk and storytelling can ‘‘do the work of organizing’’
(Boje et al., 2004, p. 576). A closer look on the plots in the two evolutionary tales discussed in this article reveals that they consist ‘‘in the passage from one equilibrium to another. An ‘ideal’ narrative begins with a stable situation which is disturbed by some power or force. There results a state of If the relevant internal and external audiences can accept this narration, it will successfully affect the organizational identity. The plot in agentive actor evolutionary tales also opens with the narrator noting that the business-as-usual equilibrium is being disturbed by some external pressures.

3. Method, Czarniawska (1997) argues that organisational identities are narrated in conversations, Pointing out that ‘‘a published autobiography can be seen as a lengthy contribution to a conversation, in which the responses are delayed’’ (p. 53). The Financial Times, as illustrated in the Introduction, reports developments in Shell in particular of interest to shareholders and also to national governments. Because of this communication link with Shell’s key stakeholders, it can be assumed that The Financial Times plays a part in narrating Shell’s organisational identity. Johannesburg UN Environmental Summit in 2002, Shell’s organisational identity as an oil company that becomes an energy company also selling renewable energy has been narrated. In studying this written data I paid articular attention to narrations of Shell’s organisational identity in relation to two important types of external pressures on companies, namely regulation and market pressures. I marked text with The abstract nature of written identity claims is what makes them more widely acceptable, although their acceptance by the different audiences may be based on different interpretations of what is being accepted. Thus, in the case described in the introduction above, the immediate response of most of the audiences would be a general acceptance of the Shell Chairman’s green narration. However, should a more concrete narration evolve over time, they may not agree on all details, such as the speed with which Shell should adapt to the emerging green market.

4. Shell’s ever-produced organizational narrative—from oil to energy company Shell’s ever-produced organisational narrative—that is, Shell’s organisational identity—has a plot (Czarniawska, 2004). In the early 1990s Shell’s business-as-usual equilibrium was disturbed by increasingly tough market conditions and by the adoption of the UN Framework Convention on Climate Change (FCCC) that regulates global CO2 emissions from the use of fossil fuels. In the mid-1990s Shell then took action, and Shell International Renewables was established. In the late 1990s and early 2000s a new but different equilibrium emerged. Shell had changed from being an oil company to becoming an energy company that was also
selling renewable energies.

4.1. Disturbing Shell’s business-as-usual equilibrium In the early 1990s Shell’s business-as-usual equilibrium was disturbed by the increasingly tough conditions on the market. Cor Herkstro¨ter, the Chairman of Managing Directors in Shell, in particular encouraged narrations aimed at adapting the company’s organisational identity to these developments. In 1993 he told the following evolutionary tale in ShellWorld: ‘‘The world has changed immensely in the past 20 years and the emergence of market forces as a dominant influence means that we have to be more responsive.

4.2. Shell International Renewables, In the mid-1990s Shell’s oil business-as-usual euilibrium is further disturbed by developments on the market and other developments triggered by the Climate Convention. The oil market has become a tough arena in which to operate, In 1995 Shell was defeated by a green consumer boycott because of its plans for dumping the old oil storage tank ‘‘Brent Spar’’ out at sea. Around the same time Shell management narrators virtually ceased to ignore the Climate Convention. ShellWorld reported: ‘‘As a major energy company with global interests, Shell cannot stand aside from the continuing debate over climate change y In the scenarios, new renewable sources continue to progress along their learning curves, first capturing niche markets

4.3. Becoming an energy company, In the late 1990s and early 2000s Shell established a new equilibrium in Shell’s ever-produced organisational narrative based on the renewable energy activities of the mid- 1990s. Shell has now become an energy company that also
sells renewable energies. A new renewable energy identity seems to be emerging in the company. This identity has both normative and utilitarian elements (Albert & Whetten,

6. Conclusion, This article has described how since the Rio Environmental Summit in 1992, the narration of the multinational oil company Shell have projected an evolution from an oil
company identity to an identity also embracing renewable energies. In its analysis of the narrative battles over Shell’s organisational identity the article represents a contribution
to organisational identity theory (Czarniawska, 1997; Dutton & Dukerich, 1991). To do so, it has described certain microprocesses whereby individual management actors seek to achieve a revision of the wider corporate actor (organizational identity) by way of external stakeholder pressures, or to protect the identity from these same pressures. The article shows that while organisational identities are relational, it is possible for management narrators, by telling different kinds of evolutionary tales, to exert a certain influence on.

SUSTAINING COMPETITIVE ADVANTAGE IN THE GLOBAL PETROCHEMICAL INDUSTRY

Written on 15.10 by Dimas Sugeng Rachmadi

Sustaining Competitive Advantage in the Global Petrochemical Industry :
a Saudi Arabian Perspective(REF : Salem M. Al-Ghamdi & M. Sadiq Sohail (2006). J. International Business and entrepreneurship Development, Vol 3, No 1/2



1. Sustaining Competitive Advantage in the Global Petrochemical Industry : a Saudi Arabian Perspective
1.1 Competitiveness also arises from factors other than macro economic, such as availability of raw materials, cheaper workforce or technological superiority. Porter (1980) is credited with being the pioneer in identifying factors that contribute to national advantage. Porter (1985) made valuable contributions in identifying important factors that contribute to national advantage, that is the factor conditions of a nation..Even in the midst of widespread decline globally, the Kingdom of Saudi Arabia has been on the path of economic growth. However, Saudi Arabia has yet to succeed in the fast approaching global integration. With a relative decline in its competitiveness, the kingdom must use its comparative advantage to remain competitive. For the year 2004,the GDP was $247.2 billion, the real GDP growth rate for the year 2005 is estimated at 6.2% and the inflation rate based on consumer prices is estimated at 1.5%. Saudi Arabia is primarily a petroleum economy with oil revenues representing 90–95% of total Saudi export earnings, 70–80% of state revenues, and around 40% of the country’s gross domestic product (GDP).With oil and gas reserves remaining Saudi Arabia’s greatest natural asset and largest single source of revenue, the aim of this study is to analyse the global petrochemical industry and to identify the competitive advantage of Saudi Arabia. A conceptual framework of Porter’s model will be used to analyse the industry.

1.2 The first priority of Saudi industrial strategy was to develop industries that could exploitthe country’s abundant hydrocarbon resources, such as petrochemicals primarily andfertilisers. Although SABIC has enlarged its activities to engage also in some otherindustrial activities, petrochemicals remain the major part of its business. Overall SABIC has 16 manufacturing subsidiaries which have been established since the 1980s, nine produce chemicals or petrochemicals, three produce fertilisers, two produce iron and steel, one produces polyester and one produces industrial gas. Most of the petrochemical plants were developed in joint ventures with foreign companies. By the turn of the third millennium SABIC became the third largest producer of petrochemicals.. Another petrochemical company Latex has a dominant presence in latex production for multiple uses such as carpets, construction and paint. Latex expects that80% of its products will be consumed in Saudi Arabia and the rest in the neighbouring countries. The Saudi Venture Capital Group (SVCG) has an agreement with Chevron to build a plant to produce benzene and cyclohexane. Both these products are used as inputs in other petrochemical ventures. Compagnie Polyisoprene Synthetique (CPS) is another venture in the private sector which produces butadiene and isoprene, which is used to make rubber. Porter (1980) suggested that competitive strategy should be based on a deep analysis of the structure of an industry and its evolution. Porter (1980) described a five key forcesmodel to analyse the competitive game in an industry; national or global (See Figure 1).Porter’s competitive force model is probably one of the most often used business strategy tools and has proven its usefulness on numerous occasions. Porter’s five forces model is an outside-in business unit strategy tool that is used to analyse the attractiveness of an industry structure. The competitive forces analysis is made by the identification of five fundamental competitive forces:

PENCIPTAAN VENTURA BARU

Written on 15.07 by Dimas Sugeng Rachmadi

PENCIPTAAN VENTURA BARU

(REF : STATEGIC MANAGEMENT, COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON COPYRIGHT 1995)




Investasi ataukerjasama dengan perusahaan lain untuk memperoleh akses ke inovasinya.
Melalui system aliansi strategis, perusahaan ini menjajaki ide-ide inovatif perusahaan-perusahaan lain dan menciptakan produk baru dan inovasi proses sejalan dengan mitra korporatnya. Secara keseluruhan, bukti mengatakan bahwa kemampuan utama Sony berpusat pada menghasilkan dan mengelola inovasi. (Kasus pengantar Sony).

Inovasi efektif menghasilkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan, antara lain :
a. Inovasi yang sulit untuk ditiru pesaingnya,
b. Sanggup memberi nilai yang berarti bagi pelanggan,
c. Tepat waktu, dan
d. Sanggup dimanfaatkan secara komersial melalui kemampuan yang ada dan kompetensi inti membantu perusahaan mengembangkan keunggulan bersaingnya.

Kewirausahaan korporat adalah seperangkat kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan atau memperoleh produk baru (barang atau jasa) dan mengelola proses inovasinya.
Metoda Lean Production, memadukan aktifitas setiap orang mulai dari manager tingkat puncak hingga pekerja lini, pemasok menjadi satu keseluruhan yang terintegrasi erat.
Penemuan adalah tindakan menciptakan dan mengembangkan produk baru (barang atau jasa) atai ide proses.
Inovasi ialah proses menciptakan produk yang dapat dijual bertolak dari penemuan.
Imitasi ialah pengapdopsian inovasi oleh sejumlah perusahaan serupa.
Pemimpin strategis, manajer, dan perusahaan semua mempunyai peranan yang sangat penting bagi kewirausahaan korporat yang efektif. Berkaitan dengan kewirausahaan korporat, peranan pemimpin strategis adalah memberi inspirasi lepada anggota-anggota organisasinya untuk bekerja bersama-sama guna mencapai hasil yang berarti.
Usaha korporat internal adalah seperangkat kegiatan yang digunakan untuk menghasilkan penemuan dan inovasi dalam satu organisasi.
Proses usaha korporat internal pertama mencakup pendekatan atas-bawah untuk menciptakan inovasi produk dan proses. Perilaku strategis otonom ialah proses bawah-atas dimana pelopor produk (product champion) mencari ide produk baru, sering lewat proses politik dan dengan demikian mereka mengembangkan dan mengkoordinasikan komersialisasi barang dan jasa yang baru sampai memperoleh sukses pasar.
Pelopor produk ialah anggota suatu organisasi yang mempunyai visi wirausaha terhadap suatu barang atau jasa yang baru dan berusaha mencari dukungan untuk mengkomersialisasikanya.
Konteks Strategis mengacu apda proses yang digunakan untuk sampai pada keputusan strategis.
Konteks Struktural mengacu pada struktur hirarkis dan system pengupahan yang digunakan untuk mendukung penerapan strategi tingkat korporat.
Perilaku Strategi yang didorong adalah proses bawah-atas dimana strategy dan struktur saat ini mendorong inovasi produk yang dikaitkan erat dengan strategi dan struktur saat ini.
Kesulitan pengembangan proses usaha korporat internal yang efektif ini tampaknya menunnjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar akan lebih inovatif melalui aliansi strategis dan akuisisi inovasi eksternal ketimbang melalui usaha memaksakan inovasi internal.

Peringkat Perusahaan yang paling inovatif menurut Eksekutif Senior A.S : 1. Microsoft, 2 .General Electric, 3.3M, 4.AT&T, 5. Motorola, 6. Apple Computer, 7. intel, 8. Merck ,9. Wal-Mart Stores, 10.Chrysler.

Organisasi horizontal merujuk pada perubahan proses organisasi dimana pengelolaan seluruh unit fungsional semakin lebih penting ketimbang pengelolaan hirarikal fungsional atas-bawah.

Kendala integrasi, terdapat kendala yang dapat merintangi usaha untuk mengintegrasikan fungsi dalam suatu organisasi secara efektif.

Memudahkan integrasi, Ada tiga metode yang digunakan perusahaan untuk mencapai integrasi interfungsi ayng efektif.
1. Metode yang pertama ialah yang menggunakan nilai bersama.
2. Kepemimpinan merupakan metode kedua mencapai integrasi antarfungsi. Pemimpin yang strategis yang efektif terus-menerus mengingatkan anggota organisasi tentang nilai yang diciptakan oleh inovasi produk untuk perusahaan itu.
3. Metode ketiga untuk mencapai integrasi antarfungsional berkaitan dengan tujuan dan anggaran. Metode ini meminta perusahaan memutuskan tujuan dan mengalokasikan sumber anggaran yang perlu untuk mengerjakanya.
Integrasi antarfungsional, kalau diterapkan dengan tepat juga akan memeungkinakan berkurangnya waktu ke pasar, mengembangkan kualitas produk, dan menciptakan nilai bagi pelanggan.

Kendala menuju integrasi : Orientasi waktu fungsional yang berbeda (misalnya penelitian dan pengembangan serta produksi), Bahasa dan orientasi interpersonal fungsional yang berbeda, Orientasi tujuan yang berbeda, formalitas struktur.
Fasilitator integrasi : Nilai bersama, Visi produk baru yang diberikan kepemimpinan, alokasi anggaran untuk mengembangkan desain terpadu.

Aliansi ikatan produk digunakan untuk mengisi kesenjangan dalam jenis-jenis produk, sering aliansi seperti itu menjadi bagian dari keinginan untuk melakukan outsource produk ke bidang global dimana produk dapat dihasilkan di tempat tempat produksi berbiaya rendah.

Aliansi ikatan pengetahuan dibentuk untuk membantu perusahaan mempelajari kemapuan khusus perusahaan lain dengan maksud bahwa kedua mitra kerja akan memperoleh keterampilan dan kemapuan yang pada giliranya akan menguntungkan usaha-usaha mendatang.

STRATEGIC LEADERSHIP

Written on 15.04 by Dimas Sugeng Rachmadi

STRATEGIC LEADERSHIP

(REF : Strategic Management ,Competitiveness & Globalization , by Michael A.Hitt, R.Duane Ireland , Robert E Hoskisson. 1995)



Strategic leadership is the ability to anticipate, envision, maintain flexibility, and empower others to create strategic change as necessary.
Effective strategic leadership is a prerequisite to successfully using the strategic management process. Strategic leadership entails the ability to anticipate events, envision possibilities, maintain flexibility, and empower others to create strategic change.

Effective strategic leadership has five major components :
1. Determining the firm’s strategic direction
2. Effectively managing the firm’s resource portfolio ( including exploiting and maintaining core competencies and managing human capital and social capital )
3. Sustaining an effective organizational culture
4. Emphasizing ethical practices
5. Establishing balanced organizational controls

Strategic leaders must develop the firm’s startegic direction. The strategic direction specifies the image and character the firm wants to develop over time. To form the strategic direction, strategic leaders evaluate the conditions (e.g., opportunities and threats in the external environment ) they expect their firm to face over the next three to five years.
Strategic leaders must ensure that their firm exploits its core competencies, which are used to produce and deliver products that create value for customers, when implementing its strategies. In related diversified and large firms in particular, core competencies are exploited by sharing them across units and products.
Top-level managers are an important resource for firms to develop and exploit competitive advantages. In addition, when they and their work are valuable, rare, imperfectly imitable, and nonsubstituable, strategic leaders can themselves be a source of competitive advantage.
The top management team’s characteristics, a firm’s strategies, and its performance are all interrelated. For example, a top management team with significant marketing and R&D knowledge positively contributes to the firm’s use of growth strategies. Overall, having diverse skills increases most top management teams effectiveness.
In managerial succesion, strategic leaders are selected from either the internal or the external managerial labor market. Because of the effect on performance, selection of strategic leaders has implications for a firm’s effectiveness. Companies use a variety of reasons for looking either internally or externally when choosing the firm’s strategic leaders. In most instances, the internal market is used to select the CEO; but the number of outsiders chosen is increasing. Outsiders often are selected to initiate changes.
The balanced scorecard is a framework firms can use to verify that they have established both strategic and financial controls to assess their performance.
Developing and using balanced organizational controls is the final component of effective strategic leadership. The balanced scorecard is a tool that measures the effectiveness of the firm’s strategic and financial controls. An effective balance between strategic and financial controls allows for flexible use of core competencies, but within the parameters of the firm’s financial position.

KEPEMIMPINAN STRATEGIS

Written on 15.02 by Dimas Sugeng Rachmadi

KEPEMIMPINAN STRATEGIS

(REF : STATEGIC MANAGEMENT, COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON COPYRIGHT 1995)



Kepemimpinan Strategis meliputi kemampuan mengantisipasi, memiliki visi, dan mempertahankan fleksibilitas, memberi kuasa kepada orang – orang lain untuk menciptakan perubahan strategis yang perlu. Strategi ini mempunyai efek penting terhadap upaya perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan memperoleh keuntungan di atas rata-rata.
Kepemimpinan strategis efektif diperlukan untuk merumuskan dan menerapkan strategi dengan sukses.

Kerangka acuan manajerial ialah perangkat asumsi, premis, dan kebijaksanaan yang diterima umum yang membatasi atau merangkai pemahaman manajer tentang perusahaan, industri tempatnya bersaing, dan kompetensi inti yang digunakanya untuk meraih keunggulan bersaing yang berkesinambungan.

Manager Tingkat atas menjadi sumber daya penting yang perlu untuk memperoleh keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Kemampuan manajerial yang lebih tinggi menjadi prasyarat untuk mendapatkan keuntungan seperti itu. Top Eksekutif melakukan pertimbangan matang dalam mengambil keputusan strategis yang sangat penting (misalnya menetukan inisiatif strategis baru). Selain itu, manajer mengembangkan struktur keorganisasian dan menghargai tinggi system aygn dirancang untuk membantu menerapkan strategi perusahaan itu.

Manager sebagai Sumber Daya Organisasi .Manager tingkat puncak merupakan sumber daya penting bagi perusahaan untuk berupaya mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
Tim Manajemen Puncak terdiri dari manajer – manajer kunci organisasi yang bertanggung jawab untuk merumuskan dan menerapkan strategi perusahaan. Umumnya manajer adalah pejabat korporasi dan atau anggota dalam dewan direktur. Manager menentukan arah strategis perusahaan perusahaan dan dengan demikian mempengaruhi daya saing strategis dan kemampuanya memperoleh keuntungan di atas rata-rata.

Posisi eksekutif puncak biasanya kompleks. Eksekutif tingkat atas harus memahami operasi perusahaan dan lingkungan eksternal. Jarang seorang manusia (misalnya CEO) dapat memiliki semua pengetahuan yang diperlukan dalam menyelesaikan isu isu strategis terpenting. Karena hal ini, tim manajemen puncak dituntut untuk memimpin banyak organisasi. Kebanyakan tim manajemen puncak lebih efektif kalau mempunyai berbagai kemapuan heterogen. Akan tetapi, tim manajemen puncak yang lebih heterogen sulit dikelola karena membutuhkan kohesi.

Terdapat hubungan antara kecocokan karakteristik tim manajemen puncak dengan strategi perusahaan dan kinerja berikutnya. Misalnya tim manajemen puncak yang mempunyai pasar signifikan dan pengetahuan , penelitian dan pengembangan dan atau keahlian sering memperkuat efektifitas perusahaan kalau tim tersebut membawa perusahaan tersebut pada penerapan strategi yang berorientasi pada pertumbuhan.

Tim Managemen Puncak Heterogen terdiri dari individu-individu dengan latar belakang, pengalaman, dan pendidikan fungsional yang berbeda- beda. Karakteristik tim manajemen puncak ternyata berkaitan dengan inovasi dan perubahan strategis. Tim Manajemen puncak yang lebih heterogen sering lebih sanggup menghasilkan inovasi perusahaan dan perubahan strategis.

Bursa Tenaga kerja internal ialah kesempatan – kesempatan mendapatkan posisi manajerial dalam sebuah perusahaan.

Bursa Tenaga Kerja Eksternal ialah kumpulan kesempatan karier manajer dalam perusahaan/organisasi di luar tempat mereka bekerja sekarang ini.
Menentukan arah strategis perusahaan merujuk pada pengembangan pandangan jangka panjang tujuan strategis perusahaan.
Bursa kerja manager sangat penting untuk tim manajemen puncak dan kepemimpinan strategis.

Kepemimpinan strategis mencakup penentuan arah strategis, pemanfaatan dan pemeliharaan kompetensi inti, pengembangan modal manusia, pemeliharaan budaya korporat yang efektif, penekanan praktek-praktek etis, dan pembangunan pengendalian strategis.
Penentuan arah strategis menuntut visi dan kemapuan menanamkanya ke suluruh perusahaan.

Kompetensi inti merupakan sumber daya dan kemapuan yang berguna sebgai sumber keunggulan bersaing perusahaan terhadap pesaing-pesaingnya. Untuk mencapai pemilikan sumber daya yang lebih besar dan skala ekonomis dalam pemanfaatan sumber daya, pengembangan, eksploitasi, dan pemeliharaan kompetensi inti oleh pemimpin-pemimpin strategi menjadi penting dalam pengembangan keunggulan bersaing yang berkesinambungan.

Unsur terpenting kepemimpinan strategis ialah kemampuan mengembangkan modal manusia. Sementara perusahaan sering menekankan investasi dalam peralatan modal, kesempatan utama untuk mengembangkan produktifitas berasal dari investasi dalam modal manusia. Banyak perusahaan sekarang tidak menekankan otomatisasi dan robotisasi dan sebaliknya menekankan kemampuan dan pemecahan masalah.

Budaya Korporat bisa jadi penting untuk mengemabngkan dan mengelola perilaku manusia dalam organisasi. Manajer puncak dapat menanamkan organisasi dengan visi mereka dan dengan demikian mempengaruhi niali inti yang ditekankan di seluruh perusahaan itu. Budaya korporat yang tepat dapat menanamkan semangat kewirausahaan.

Kepemimpinan Strategis mencakup pengembangan dan pemeliharaan pengendalian strategis. Kontrol strategis menekankan penyeimbangan antara evaluasi tindakan strategis dengan hasil keuangan dari tindakan seperti itu.

STRUKTUR DAN PENGAWASAN

Written on 15.00 by Dimas Sugeng Rachmadi

STRUKTUR DAN PENGAWASAN

(REF : STATEGIC MANAGEMENT, COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON COPYRIGHT 1995)



Struktur Sederhana ialah bentuk organisasi di mana manager-pemilik mengambil semua keputusan penting secara langsung dan memantau semua aktivitas, sementara stafnya hanya berfungsi sebagai perpanjangan wewenang pengawasan manajer

Stuktur Fungsional terdiri dari CEO dan staf korporat terbatas, dengan manajer jenis produk fungsional dalam fungsi-fungsi dominant seperti produksi, akunting, pemasaran, penelitian dan pengembangan, dan sumber daya manusia.

Struktur multidivisional (bentuk-M) terdiri dari divisi operasi di mana masing-masing divisi mewakili bisnis terpisah dan pejabat korporat puncak mendelegasikan tanggung jawab operasi dan strategi unit bisnis dari hari ke hari kepada manager divisi dengan pendelegasian seperti itu, kantor pusat korporat bertanggung jawab untuk merumuskan dan menerapkan seluruh strategi korporat dan mengelola divisinya lewat control strategis keuangan. Kontrol Strategis merujuk pada pemahaman operasional pejabat-pejabat korporat tentang situasi yang diterapkan dalam unit bisnis yang terpisah-pisah di perusahaan itu.

Kontrol keuangan. .Merujuk pada kemampuan pejabat – pejabat korporat untuk mengelola arus kas semua divisi melalui anggaran dan penekanan pada keuntungan bisnis yang berbeda-beda.

Penerapan Strategi Tingkat- Bisnis ; Struktur dan Kontrol Struktur organisasi didesain untuk memungkinkan penggunaan sumber daya, kemampuan, dan kompetensi inti secara efektif untuk memenuhi tujuan dan misi strategis. Struktur membantu manajer menyeimbangkan kekuatan-kekuatan organisasi yang saling bertentangan. Sebuah organisasi biasanya memiliki divisi kerja dan spesialisasi tugas. Akan tetapi, spesialisasi fungsi juga perlu diintegrasikan untuk menjamin efektifitas. Di antara strategi tingkat-bisnis, terdapat ciri-ciri organisasi tertentu yang dituntut untuk menerapkan strategi tertentu secara efektif.

Untuk menerapkan strategi keunggulan biaya, terdapat persyaratan organisasi yang jelas: sangat dibutuhkanya spesialisasi maupun sentralisasi.

Spesialisasi ialah sejauh mana tugas dan peran yang dibutuhkan teknologi perusahaan dapat dibagi-bagi menjadi subkelompok-subkelompok yang homogen.

Sentralisasi ialah batas dimana wewenang untuk mengambil keputusan dipegang oleh tingkat manager yang lebih tinggi dalam organisasi.

Formalisasi ialah sejauh mana aturan-aturan dan prosedure formal mengatur aktivitas dalam sebuah organisasi.

Penerapan Strategi Biaya Rendah Terintegrasi/Pembedaan, Perusahaan yang mencoba strategi ini beresiko akan terperangkap ditengah tengah dan mungkin tidak akan berhasil, masalah muncul karena penerapanya sulit . Biaya rendah biasanya menuntut penekanan pada rekayasa produksi dan proses manufakture, dengan perubahan produk yang tidak sering terjadi.

Penerapan strategi Fokus , perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan pembeli tertentu. Strategi ini paling cocok untuk berbuat dan menjawab kemajuan teknologi yang pesat dan mungkin juga meminta dukungan dari fungsi pemasaran. Kesuksesan implementasi biaya rendah/perbedaan strategi memerlukan koordinasi berbagai fungsi perusahaan(pabrik, pemasaran,keuangan dan lainya). Kelompok fungsional silang mencakup orang orang dari berbagai bagian yang berbeda dari perusahaan.

Penerapan Strategi Berhubungan –Terbatas, Pertalian antara unit-unit bisnis dianggap penting dalam strategi diversifikasi berhubungan –terbatas. Karena pertalian ini, top eksekutif ahrus mendorong kerjasama yang tepat antara divisi-divisi.

Organisasi Matriks ialah struktur ganda yang mengkombinasikan kedua spesialisasi fungsional dengan produk bisnis atau spesialisasi proyek.

Bentuk kerjasama adalah sebuah struktur yang menggunakan sarana-sarana integrasi yang sangat banyak dan praktek-praktek sumber daya manausia horizontal untuk mengembangkan kerjasama.

Penerapan Strategi Gabungan Berhubungan dan Tak berhubungan (Berhubungan-Terantai) Karena strategi gabungan berupaya menerapkan divisi berhubungan maupun tak berhubungan, maka struktur unit bisnis strategis diperlukan untuk mengorganisasikan bisnisnya. Struktur unit bisnis (SBU = Strategic Bussiness Unit) terdiri dari paling tidak tiga tingkat, dengan tingkat tertinggi, markas korporat, tingkat berikut, kelompok SBU; dan ahirnya divisi-divisi yang dikelompokkan oleh keterkaitan dalam masing masing SBU.

Bentuk bersaing ialah dimana struktur dan kontrolnya menekankan persaingan antara divisi-divisi yang terpisah (biasanya tak berhubungan) untuk mendapatkan modal korporat.

Struktur Holding Company (bentuk H) adalah seperangkat bisnis yang sering saling tidak berhubungan satu sama lain tetapi tidak mempunyai sistem kontrol untuk mengembangkan interkoneksi antar bisnis sebgaimana terdapat dalam bentuk kooperatif maupun sistem aloaksi sumber daya internal yang kuat sebagaimana terdapat dalam bentuk bersaing.

Struktur wilayah geografis dunia ialah bentuk organisasi dimana kepentingan nasional mendominasi dan membantu kemampuan manajemen menghilangkan perbedaan-perbedaan lokal dan budaya.

Struktur divisi produk dunia menekankan pengelolaan interdependensi yang diciptakan dengan mengusahakan strategi global; koordinasi ekstensif kegiatan fungsional dalam unit unit bisnis global digunakan untuk menerapkan strategi ini.

KEKUASAAN KORPORAT

Written on 14.57 by Dimas Sugeng Rachmadi

KEKUASAAN KORPORAT
(REF : COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON: CHAPTER 9-EDITION 1995)



1.1 PEMISAHAN KEPEMILIKAN DAN KONTROL MANAJERIAL
Korporasi publik modern didasarkan pada pemisahan antara kepemilikan dan kontrol manajerial yang efisien. Pemegang saham membeli saham dan memberi hak kepada mereka untuk memperoleh penghasilan (sisa keuntungan) dari pengoperasian perusahaan setelah dikurangi biaya – biaya. Hakikat kontrak korporasi milik publik memiliki beban resiko bagi pemegang saham, sementara manajer memegang spesialisasi dalam pengembangan strategi dan pengambilan keputusan.
Diversifikasi produk mendatangkan dua keuntungan bagi manajer yang tidak dapat dinikmati pemegang saham. Pertama diversifikasi dan besarnya perusahaan mempunyai hubungan positif, sebagaimana juga besarnya perusahaan dan kompensasi eksekutif.
Resiko ketenagakerjaan manajer (manajerial employment risk) ialah resiko kehilangan pekerjaan, kehilangan kompensasi, atau kehilangan reputasi manajer.
Arus kas bebas (free cash flow) adalah sumber keuangan yang dihasilkan setelah melakukan investasi di semua proyek yang memiliki nilai netto positif saat ini dalam ciri produk perusahaan itu saat ini.
Mekanisme kekuasaan yang dirancang untuk memantau dan mendorong manajer mengambil keputusan strategis yang memihak kepentingan terbaik pemegang saham.
Konsentrasi Kepemilikan didefinisikan oleh jumlah pemilik dengan blok besar (biasanya mereka yang memegang lima persen atau lebih saham yang diterbitkan) dan seluruh presentasi yang dipegang oleh pemilik blok besar saham ini.
Pemilik Institusional ialah institusi intitusi keuangan, seperti dana saham bersama dan dana pensiun, yang mengontrol posisi pemegang saham terbesar.
Kompensasi Eksekutif ialah mekanisme kekuasaan yang berusaha mensejajarkan kepentingan manajer dan pemilik lewat gaji, bonus, dan khususnya kompensasi insentif jangka panjang, seperti pemilikan saham.
Pasar sebagai kontrol korporat terdiri dari individu dan perusahaan yang membeli posisi kepemilikan (atau pengambilalihan) perusahaan yang kemungkinan besar akan merugi sehingga mereka dapat membentuk divisi baru.
1.2 Kekuasaan Korporat : Jepang dan Amerika Serikat
Perbedaan yang paling penting terjadi antara sistem keuangan Jepang dan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, pemegang saham individu di pasar modal eksternal menyediakan lebih banyak dana bagi perusahaan besar. Pada tahun 1980 an di Amerika Serikat lebih dari 58 persen ekuitas dimiliki individu , sementara 38 persen dimiliki korporasi. Jika di Jepang sekitar 27 persen dimiliki individu, sementara diatas 67 persen dimiliki korporasi.
Di antar bank-bank Jepang yang memegang saham dalam sebuah perusahaan, bank yang khususnya memiliki lembar saham dan utang terbesar, yang disebut bank utama memiliki hubungan paling erat dengan manajemen perusahaan tersebut. Bank Utama mempunyai intensif dan proses untuk memantau secara aktifperusahaan dalam kelompok industri mereka.Sistem kekuasaan Jepang memungkinkan pemantauan melekat dengan biaya rendah dan memberiak kompensasi eksekutif yang lebih rendah. Jadi, bukan hanya sistem kekuasaan A.S menciptakan strategi seperti diversifikasi ektensif, tetapi sistem kekuasaan Jepang juga menciptakan keunggulan bersaing lainya. Terdapat trade off penting bagi sistem kekuasaan korporat Jepang, khususnya penekanan pada proyek inovasi berisiko rendah yang menekankan pengembangan proses yang makin tinggi

STRATEGI INTERNATIONAL

Written on 14.55 by Dimas Sugeng Rachmadi

STRATEGI INTERNATIONAL
(REF : COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON: CHAPTER 9-EDITION 1995)


1.1 STRATEGI INTERNATIONAL
Identitas Peluang International : Peningkatan Ukuran Pasar, Pengambilan investasi, Skala ekonomis dan pengetahuan, keunggulan lokasi
Selidiki Sumber Daya dan Kapabilitas : Strategi Bisnis sekala international, Strategi multidomestik, Strategi global.
Gunakan Kompetensi Inti : Ekspor, Lisensi aliansi strategis, Akuisisi, mendirikan cabang baru.
Masalah dan Risiko Manajemen : Kinerja Lebih tinggi, inovasi.

Michael Potter mengembangkan sebuah model yang menggambarkan berbagai faktor yang menyumbang bagi keunggulan bersaing perusahaan dalam industri global utama dan berhubungan dengan lingkungan negara atau regional tertentu. Yakni :
Dimensi pertama : Faktor Produksi adalah input yang diperlukan untuk bersaing dalam industri, seperti tenaga kerja, tanah, sumber daya alam, modal, dan infrastuktur.
Dimensi kedua : Kondisi Permintaan yakni ditandai oleh sifat dan ukuran kebutuhan pembeli pasar dalam negeri terhadap barang atau jasa industri.
Dimensi ketiga : Industri pendukung dan terkait contoh Italia merupakan pemimpin dalam industri sepatu karena industri terkait dan pendukungnya.
Dimensi Keempat : Strategi , struktur dan persaingan perusahaan, dimensi negara juga membantu perkembangan pertumbuhan industri tertentu.

Strategi Keunggulan Biaya International : Strategi Keunggulan biaya mungkin bisa berkembang dalam negara yang mempunyai permintaan besar. Biasanya operasi industriyang demikian terpusat di dalam negeri, dan menghasilkan sekala ekonomis merupakan tujuan utama.Operasi bernilai tambah di luar negeri mungkin dijalankan, tetapi operasi bernilai tambah tinggi dipertahankan dalam negeri. Dengan demikian, produk sering diekspor dari dalam negeri.
Strategi Pembedaan International : adalah suatu strategis dalam sebuah negara yang memiliki faktor faktor produksi khusus (specialized) dan lanjutan (advanced). Contoh jerman dengan industri kimia dan Jepang dengan industri elektronik.
Strategi Fokus International : Contoh industri keramik/ubin di Italia.
Strategi Keunggulan Biaya/ Pembedaan terpadu international : kombinasi antara keunggulan biaya dan pembedaan.
Strategi Tingkat Korporat International : Ada pembedaan dalam strategi tingkat korporat yakni dari strategi tingkat bisnis international menurut cakupan operasi dalam diversifikasi produk dan geografis.
Strategi Multidomestik : Adalah strategi dimana keputusan strategis dan operasi didesentralisasikan ke unit bisnis strategis di masing masing negara untuk menyesuaikan produk kepada pasar lokal.
Strategi Global adalah Strategi dimana produk yang distandarisasi ditawarkan ke seluruh pasar luar negeri dan strategi bersaing diatur oleh kantor pusat.
Strategi transnasional adalah strategi korporat yang bertujuan mencapai effisiensi global dan daya tanggap lokal.

Memasuki pasar international :
Cara masuk Karakteristik
Ekspor Biaya tinggi, pengendalian kurang
Lisensi Biaya,laba & resiko rendah,pengendalian longgar.
Aliansi Berbagi risiko,sumberdaya, penyebaran biaya
Akuisisi Biaya tinggi,negosiasi kompleks, akses cepat ke pasar
Cabang Kompleks,mahal,resiko tinggi,laba tinggi,waktu habis

STRATEGI AKUISISI DAN RESTRUKTURISASI

Written on 14.52 by Dimas Sugeng Rachmadi

STRATEGI AKUISISI DAN RESTRUKTURISASI

(REF : STRATEGIC MANAGEMENT, COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON 1995)


Merger
Merger adalah transaksi dimana dua perusahaan sepakat mengintegrasikan operasi dalam basis kemitraan secara relative karena memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama sama bias menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih kuat. Contoh Merger adalah Timer Warner, Merger dari Time Inc dan Warner Communication tahun 1989.
Akuisisi
Akuisisi adalah transaksi dimana sebuah perusahaan membeli pengendalian atau 100 persen kepemilikan perusahaan lain agar bisa lebih efektif menggunakan kompetensi intinya dengan menjadikan perusahaan yang diakuisisi sebagai perusahaan yang mendukung portofolio bisnisnya.
Pengambilalihan (takeover)
Pengambilalihan adalah akuisisi dimana perusahaan tidak mengharapkan adanya penawaran akuisisi dari perusahaan yang mengakusisinya.
Akuisisi Horizontal (Horizontal Acquisition).
Akuisisi Horizontal adalah akuisisi terhadap perusahaan yang bersaing.
Alasan Utama Akuisisi
Alasan utama Akuisisi adalah mencapai kekuatan pasar yang lebih besar. Banyak perusahaan memiliki kompetensi inti, tetapi tidak cukup besar untuk mendayagunakan sumber daya dan kapabilitasnya.
Semakin tinggi hambatan masuk maka semakin besar kemungkinan akuisisi dapat dilakukan untuk memasuki pasar.
Salah satu cara cara yang lazim dilakukan dalam diversifikasi adalah akuisisi. Akuisisi adalah alat yang popular dalam tujuan perluasan pasar dan atau pergerakan di pasar berhubungan dan tidak berhubungan.
Masalah Akuisisi
Beberapa penyebab dari timbulnya masalah pada strategi akuisisi adalah tingginya nilai beli perusahaan sasaran, kesalahan perkiraan mengenai kapabilitas dan strategi, tingginya biaya pelaksanaan akuisisi, dan sulitnya mengintegrasikan perusahaan yang diakuisisi ke dalam perusahaan yang mengakuisisi. Integrasi dua perusahaan setelah diakuisisi menjadi amsalah yang mengganggu.
Integrasi
Beberapa masalah bisa bertambah yang membuat integrasi sulit dilakukan setelah akuisisi dirampungkan. Di antaranya adalah mempertemukan dua budaya perusahaan yang berbeda, menghubungkan system keuangan dan pengendalian yang berbeda, membangun hubungan kerja yang efektif (terutama apabila gaya manajemenya berbeda). Dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan perbedaan status eksekutif perusahaan yang diakuisisi.
Alasan Akuisisi : a. Menambah kekuatan pasar, b. Mengatasi hambatan masuk, c. Mempercepat masuk pasar, d. Risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pengembangan produk baru, e. MEningkatkan diversifikasi, f.. Menghindari persaingan.
Masalah Akuisisi : a. Integrasi perusahaan, b. Tingginya harga beli, c. Biaya yang tinggi, c. Salah menilai sinergi.
Biaya Akuisisi
Di era tahun 80 an, Akuisisi dibiayai oleh hutang yang disebut Junk Bond. Junk Bond adalah jenis pembiayaan baru dimana akuisisi yang berisiko dibiayai dengan uang (hutang) yang memberikan pengembalian tinggi kepada peminjam (menunjuk kepada pemegang obligasi-bond holder).
Penyebab Kinerja Buruk Akuisisi : a. Diversifikasi berlebihan, b. Absorbsi energi manajerial, c. Hutang yang berlebihan, e. Ukuran yang terlalu besar, f. Akuisisi yang dipandang sebagai pengganti inovasi.
Sifat Akuisisi yang berhasil :
Seleksi yang penuh pertimbangan dan hati hati terhadap perusahaan sasaran dan pelaksanaan negosiasi . Hasil Pemilihan perusahaan sasaran yang tepat untuk menghasilkan sinergi dan menghindari overpayment.
Praseleksi perusahaan sasaran dan membentuk hubungan kerja sebelum akuisisi. Hasil memudahkan kecepatan dan efektifitas integrasi.
Kekenduran keuangan (slack) perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi. Hasil Memungkinkan pembiayaan akuisisi yang lebih rendah dan hemat.

STRATEGY TINGKAT PERUSAHAAN

Written on 14.51 by Dimas Sugeng Rachmadi

STRATEGI TINGKAT PERUSAHAAN
(REF : COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON: CHAPTER 9-EDITION 1995)


1.1 STRATEGI TINGKAT PERUSAHAAN
Strategi tingkat perusahaan (corporate level strategy) adalah tindakan yang diambil untuk mendapatkan keunggulan bersaing melalui pemilihan dan pengelolaan sejumlah bisnis/usaha yang bersaing dalam beberapa industri atau pasar produk.
Pendekatan utama untuk strategi tingkat perusahaan adalah diversifikasi, strategi diversifikasi mengharuskan eksekutif perusahaan membuat suatu strategi multibisnis
1.2 TINGKAT DAN JENIS DIVERSIFIKASI
Tingkat diversifikasi rendah : a.Bisnis Tunggal (Lebih 95% penerimaan berasal dari bisnis tunggal) b. Bisnis dominan (Antara 70% dan 95% penerimaan berasal dari bisnis tunggal).
Tingkat diversifikasi moderat sampai tinggi : a. Berhubungan-terbatas (kurang dari 70% penerimaan berasal dari bisnis dominan dan seluruh bisnis berbagi produk, teknologi dan rangkaian distribusi), b. Berhubungan campurandan tidak berhubungan (kurang dari 70 % penerimaan berasal dari bisnis dominan, dan hanya ada hubungan terbatas antar bisnis).
Tingkat diversifikasi sangat tinggi : a. Diversifikasi tidak berhubungan (kurang dari 70% penerimaan berasal dari bisnis dominan, dan tidak ada hubungan umum antar bisnis).
1.3 Alasan Diversifikasi
a. Motif peningkatan nilai :
ü Lingkup ekonomis : Berbagi aktifitas, transfer kompetensi inti.
ü Kekuatan pasar : Persaingan multipoint, integrasi vertical
ü Keuangan yang ekonomis : Alokasi modal internal yang efisien, pengurangan risiko antar bisnis, restrukturisasi bisnis.

b. Motif nilai netral
ü Insentif pajak
ü Regulasi anti thrust
ü Arus kas masa yang akan datang, yang tidak menentu
ü Pengurangan resiko perusahaan

c. Motif devaluasi
ü Diversifikasi risiko pekerjaan manajerial
ü Peningkatan kompensasi manajerial.
1.4 Lingkup Ekonomis (Economic of scope)
Lingkup ekononomis adalah penghematan biaya sehubungan dengan transfer kemampuan dan kompetensi yang dikembangkan dalam satu bisnis tanpa banyak biaya tambahan.
Diversifikasi yang berhubungan juga dapat digunakan untuk memperoleh kekuatan pasar. Kekuatan pasar (market power) terjadi saat suatu perusahaan mampu untuk menjual produknya diatas tingkat bersaing saat ini atau menurunkan biaya aktifitas utamanya dibawah tingkat bersaing atau keduanya.
Persaingan multipoint (multipoint competition) terjadi saat dua atau lebih perusahaan bersaing dalam produk atau pasar geografis yang sama.
Mutual Forbearance adalah suatu hubungan antara dua atau lebih perusahaan dimana persaingan yang berlebihan akan mengarah pada situasi dimana seluruh perusahaan dalam pasar tersebut menyadari bahwa persaingan semacam itu adalah negatif dan tanpa persetujuan formal, membatalkan tindakan, dan tanggapan bersaing yang bersifat menghancurkan diri sendiri.
Keuangan yang ekonomis (Financial of economics) adalah penghematan biaya yang direalisasikan melalui peningkatan alokasi sumber daya keuangan yang didasarkan pada investasi di dalam dan di luar perusahaan. Keuangan ekonomi meliputi dua hal yakni : a. Alokasi modal internal yang efektif dan b. Pembeliaan perusahaan lainya dan restrukturisasi ulang assetnya.

STRATEGI TINGKAT BISNIS

Written on 14.49 by Dimas Sugeng Rachmadi

STRATEGI TINGKAT BISNIS
(REF : Ireland, R. D.; R. E. Hoskisson & M. A. Hitt (2001). Manajemen Strategis : Daya Saing & Globalisasi, Edisi ke-1, Jakarta, Salemba Empat

1. STRATEGI TINGKAT BISNIS
1.1 Internet, Kekuatan Pelanggan dan Strategi Tingkat – Bisnis.
Internet memiliki potensi untuk menciptakan lebih banyak nilai bagi para pelanggan dalam bentuk biaya-biaya yang lebih rendah dan bentuk-bentuk diferensiasi tambahan. Kapabilitas internet menghasilkan sejumlah peluang bagi perusahaan-perusahaan yang berada dalam ekonomi global. Dalam hal pasar potensial adalah penting untuk dicatat bahwa di Amerika Serikat saja, diperkirakan bahwa tiga perempat dari semua pelangganya telah melakukan pembelian melalui internet. Pasar yang belum dimanfaatkan dan berukuran besar ini sangat memikat baik perusahaan yang sudah mapan maupun perusahaan-perusahaan baru.
Suatu strategi adalah serangkaian komitment dan tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi, yang dirancang untuk mengeksploitasi kompetensi inti dan mendapatkan keungulan kompetitif.
Strategi Tingkat-bisnis adalah serangkaian komitment dan tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi, yang dirancang untuk menyediakan nilai kepada para pelanggan dan mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengeksploitasi kompetensi kompetensi inti dari pasar produk individual dan spesifik.
1.2 Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah suatu proses dimana melaluinya orang orang dengan kebutuhan yang sama dikelompokkan ke dalam individu dan kelompok yang dapat diidentifikasi.
Basis Untuk Segmentasi Pelanggan
1.2.1 Pasar Pelanggan
a. Faktor demografis (usia, pendapatan, seks, dll).
b. Faktor sosiodemografis (kelas sosial, tahap dalam siklus hidup berkeluarga)
c. Faktor geografis (perbedan-perbedaan kultural, regional dan nasional)
d. Faktor Psikologis (gaya hidup, ciri – ciri kepribadian)
e. Pola Konsumsi (berat, moderat dan ringan)
f. Faktor Persepsi (segmentasi manfaat, pemetaan persepsi)
1.2.2 Pasar Industri
a. Segmen pemakai – akhir (diidendifikasi dengan kode SIC)
b. Segmen produk (didasarkan pada perbedaan-perbedan teknologi atau ekonomi produk).
c. Segmen-segmen geografis (didefinisikan sebagai perbatasan antara perbedaan-perbedaan negara atau regional yang terdapat di dalamnya)
d. Segmen faktor pembelian yang umum (penghematan biaya pasar produk dan segmen geografis).
e. Segmen ukuran pelanggan.

1.3 Empat Strategi Generik
a. Strategi Kepemimpinan Biaya adalah serangkaian tindakan integratif yang dirancang untuk memproduksi atau mengirimkan baang-barang atau jasa pada biaya yang paling rendah, relatif terhadap para pesaing, dengan ciri-ciri yang dapat diterima oleh pelanggan.
b. Strategi Diferensiasi adalah suatu strategi agar memiliki atribut dan karakteristik unik dari produk perusahaan dan memberikan nilai bagi pelanggan
c. Fokus Kepemimpinan biaya
d. Fokus Diferensiasi

1.4 Tiga Pendekatan Terhadap Kerja Organisasi yang dapat meningkatkan fleksibilitas Strategis yang berkaitan dengan Penggunaan Strategi
a. Sistem Manukaktur Strategis
b. Jaringan informasi di antara perusahaan – perusahaan.
c. Sistem Managemen Kualitas Total

STRATEGI TINGKAT BISNIS

Written on 14.47 by Dimas Sugeng Rachmadi

ANALISIS INTERNAL

Written on 14.45 by Dimas Sugeng Rachmadi

ANALISIS INTERNAL(REF : Ireland, R. D.; R. E. Hoskisson & M. A. Hitt (2001). Manajemen Strategis : Daya Saing & Globalisasi, Edisi ke-1, Jakarta, Salemba Empat


1. Analisis Internal
1.1 Pentingnya Analisis Internal
Dengan mempelajari lingkungan internal, perusahaan mampu menentukan apa yang dapat mereka lakukan, antara lain dengan mengeksploitasi kompetensi inti dan memenuhi tuntutan standar persaingan global.

1.2 Komponen Analisis Internal yang Mengarah ke Keunggulan Kompetitif dan Daya Saing Strategis
1.2.1 Sumber daya , Sumber daya adalah input – input dalam proses produksi perusahaan. (berwujud misal sumberdaya keuangan, sumber daya organisasi, sumber daya fisik, sumber daya teknologi; tidak berwujud misal sumber daya manusia, sumber daya inovasi dan sumberdaya reputasi)
1.2.2 Kapabilitas, kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan .
1.2.3 Kompetensi inti, kompetensi inti adalah sumber daya dan kapabilitas yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan melebihi para pesaingnya
1.2.4 Penemuan kompetensi inti
1.2.4.1 Bernilai, Langka, Terlalu mahal untuk ditiru & Kapabilitas tidak ada produk pengganti)
1.2.4.2 Analisis Rantai Nilai , analisis rantai nilai adalah pola yang digunakan perusahaan untuk memahami posisi biayanya dan untuk mengidentifikasi cara cara yang dapat digunakan untuk memfasilitasi implementasi dari strategi tingkat bisnisnya.(Outsource dari luar perusahaan)
1.2.5 Daya saing strategis
1.2.6 Keunggulan kompetitif
1.3 Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Keputusan tentang Sumber Daya, Kapabilitas dan Kompetensi Inti
Kondisi Ketidak pastian(berkaitan dengan karakteristik lingkungan umum dan industri), Kompleksitas (Sebab-sebab interelasi dan persepsi lingkungan, Konflik Intra-organisasi (Di antara yang melakukan keputusan managerial).

1.4 Input Strategis dan Tindakan Strategis
Tujuan Strategis adalah mendayagunakan sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam lingkungan kompetitif.
Tujuan strategis menjelaskan kerangka kerja misi strategis perusahaan yang merupakan pernyataan dari tujuan unik perusahaan dan ruang lingkup operasinya dalam hal produk dan pasar.

ANALYSIS EKSTERNAL

Written on 14.41 by Dimas Sugeng Rachmadi

ANALISIS EKSTERNAL
(REF : Ireland, R. D.; R. E. Hoskisson & M. A. Hitt (2001). Manajemen Strategis : Daya Saing & Globalisasi, Edisi ke-1, Jakarta, Salemba Empat


1. Analisis Eksternal
1.1 Lingkungan Umum, Industri, dan Pesaing
Lingkungan umum adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaan – perusahaan yang ada di dalamnya. Elemen elemen tersebut dikelompokkan ke dalam enam segmen yakni :

Segmen-segmen dalam lingkungan umum :
Segmen Demografis, berkaitan dengan ;
1. Ukuran Populasi. Tingkat pertumbuhan populasi yang cepat akan semakin mengurangi sumber daya alam dan mengurangi standar hidup penduduknya.
2. Struktur Usia,
3. Distribusi Geografis
4. Bauran Etnis, perubahan bauran etnis akan mempengaruhi komposisi pekerja.
5. Distribusi Pendapatan, menunjukkan bahwa standar hidup terus meningkat dan variasi terus terjadi.
B. Segmen Ekonomi, Kesehatan perekonomiaan suatu bangsa sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan individual dan industri.
C. Segmen Politik/Hukum, tempat dimana organisasi dan kelompok yang berkepentingan bersaing untuk sumber daya yang diinginkan dan diawasi oleh badan hukum, undang-undang yang mengatur interaksi antar bangsa.
D. Segmen Sosiokultural, berkaitan dengan sikap dan nilai kultural suatu masyarakat.
E. Segmen Teknologi, perubahan teknologi mempengaruhi banyak unsur dalam masyarakat, dan penting bagi perusahaan untuk mempelajari segmen teknologi dengan cepat & menyeluruh.
F. Segmen Global, meliputi pasar global baru yang relevan, sedang berubah, peristiwa politik internasional dan karakteristik kultural.
1.2 Komponen Analisis Lingkungan Eksternal
Komponen Analisis dalam Lingkungan Eksternal adalah Pemindaian (scanning), Pengawasan (monitoring), peramalan (forecasting) dan Penilaian (Assesing)
1.3 Model Lima Kekuatan Persaingan
Model ini diigunakan untuk memperluas wilayah analisis persingan.
Ancaman dari Peserta Bisnis Baru, peserta baru berpotensi mengancam perusahaan yang sudah mapan, karena kapasitas produksi tambahan
Kekuatan tawar menawar Supplier, peningkatan harga & pengurangan kualitas produk jual adalah cara potensial suplies untuk bersaing dalam industri.
Kekuatan tawar menawar pembeli, perusahaan memaksimalkan laba dari modal yang diinvestasikannya, pembeli akan membeli produk dengan harga serendah mungkin.
Ancaman dari produk pengganti, yaitu barang dengan fungsi sama tetapi dengan karakteristik berbeda.
5. Intensitas persaingann di antara para pesaing, perusahaan industri satu dengan lainnya saling tergantung dan mereka saling melakukan tindakan balasan kompetitif.

Dinamika Persaingan

Written on 14.28 by Dimas Sugeng Rachmadi

STRATEGI TINGKAT BISNIS
(REF : COMPETITIVENESS AND GLOBALIZATION BY MICHAEL A.HITT, R.DUANE IRELAND, ROBERT E.HOSKISSON)

1.1 PENGERTIAN STRATEGI TINGKAT BISNIS.
Strategi Tingkat Bisnis (Business Level Strategy) menekankan tindakan yang harus diambil untuk menyediakan nilai bagi konsumen dan mendapatkan keunggulan bersaing melalui pendayagunaan kompetensi inti dalam pasar suatu produk tertentu..
Strategi merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang diambil untuk mengeksploitasi kompetensi inti serta memperoleh keunggulan bersaing.
Kompetensi inti merupakan sumber daya dan kemampuan yang telah ditentukan sebagai sumber keunggulan bersaing bagi perusahaan terhadap pesaingnya.
1.2 KONSUMEN – SIAPA, APA DAN BAGAIMANA
Siapa: Konsumen dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan perbedaan kebutuhan mereka.
Perusahaan harus menentukan dan mengidentifikasi siapa yang dilayani, sehingga dapat memfokuskan perhatian pada kelompok atau segment konsumen.
Apa : Menentukan Kebutuhan konsumen untuk dipenuhi. Kebutuhan dasar yang dimiliki seluruh konsumen adalah untuk membeli barang dan jasa yang memberikan nilai. Perusahaan yang terus menerus memberikan nilai yang semakin bertambah kepada konsumen seringkali mencapai daya strategis dan laba tinggi. Dengan mempelajari kebutuhan konsumen, suatu perusahaan memperlihatkan bahwa ia mau menghasilkan nilai abgi konsumen dengan suatu pendekatan strategis tertentu.
Bagaimana : Menentukan Kompetensi Inti untuk Digunakan guna memenuhi Kebutuhan Konsumen.
Strategi tingkat bisnis harus dirumuskan dan diterapkan melalui pengertian yang terintegrasi mengenai siapa yang dilayani dan apa kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi. Kegagalan untuk memfokuskan secara bersamaan pada hal hal yang mendasar pada konsumen mencegah penerapan strategi yang dapat menciptakan nilai secara sukses.
1.3 Jenis Strategi Tingkat Bisnis, Strategi tingkat bisnis berhubungan dengan posisi suatu perusahaan dalam industri secara relatif terhadap para pesaingnya. Perusahaan yang mampu membangun posisi industri yang menguntungkan akan lebih mampu menghadapi lima kekuatan persaingan daripada pesaingnya. Empat strategi generik : a. Kepemimpinan biaya, b. Pembedaan c. biaya rendah terfokus, dan pembedaan terfokus.
1.4 Strategi Fokus. Melalui keunggulan biaya maupun strategi pembedaan, suatu perusahaan berusaha untuk menggunakan kompetensi intinya yang mencakup seluruh industri untuk memperoleh keunggulan bersaing. Strategi Fokus Dilakukan ketika perusahaan mencoba untuk menggunakan kompetensi intinya untuk menyediakan suatu kelompok pembeli tertentu dalam suatu industri.
Strategi Biaya Rendah Terfokus, antara lain diaplikasikan oleh Liuski International, distribusi komputer personal, Kunci keberhasilan penerapan strategi biaya rendah Liuski adalah keputusan perusahaan untuk menempatkan gudang distribusinya dekat dengan konsumen. Melalui tempat tempat strategis ini, perusahaan dapat mengantarkan produknya kepada kebanyakan konsumen dalam satu hari.
Strategi Pembedaan Terfokus. Sumber keunggulan bersaing perusahaan adalah kemampuanya untuk menghasilkan berbagai produk yang berbeda.
Resiko Bersaing Strategi Fokus. Saat menerapkan kedua strategi fokus suatu perusahaan menghadapi resiko umum yang sama sebgaimana perusahaan yang menerapkan strategi keunggulan biaya maupun strategi pembedaan dengan skala industri.

020308

Written on 16.19 by Dimas Sugeng Rachmadi















2 March 2009




Dear my lovely Wife...


10 Thousand words unabled expressed my love to you...


Love u much sweetheart.. ....

Mengapa Yahudi Pintar ?

Written on 16.18 by Dimas Sugeng Rachmadi

Copas dari Kaskus.us
Originally posted by S-1


Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika..

Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?"

Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."

Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.

Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.

Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.

Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, "Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),"
ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.

Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.

Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.

Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, "Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !" katanya.

Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!

Anda terperanjat?

Itulah kenyataannya.

Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan.. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?

Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.

Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.

Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.

Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.

Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.

Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi "Goblok!" kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
"Lihat saja Indonesia," katanya seperti dalam tulisan itu.

Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!

"Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?"

Written on 15.06 by Dimas Sugeng Rachmadi



Lagi menghitung hitung Nikmat Allah….

Hah!!!!!!.....
Udah jam 6 pagi…duuh capek banget… mata ini masih benar benar lengket dengan kelopaknya, kupaksakan tetap bangun…dan langsung menuju ke dapur, Shubhannalah aroma masakan telah memenuhi ruang Dapur ukuran 4 x 4 meter yang memang tanpa exhaust ke luar, nampak jelas my lovely wife sedang sibuk menumis dan menuangkan berbagai racikan bumbu dapur ke dalam wajan pemberian mba Yayuk (salah satu kakak ku yang paling sayang dengan ku) aksi itriku di dapur dah cukup trampil bak chef di saluran tv swasta....bahkan mungkin lebih lihai karena dapur kamu cuma mengandalakan bias lampu dari ruang tamu yang menembus jendela kaca yang berfungsi sebagai partisi antara dapur dan ruang tamu...hehehe meRuang dapur rumah cuma diterangi dengan lampu ukuran 15 Watt dan ngga bisa berfungsi lagi karena air bocor dari atap dan menggenang mengakibatkan lubang ukuran diameter 5 cm dan menyebabkan Kabel plus lampu Phillips ukuran 15 watt tergantung dan menjulur. Iya sebenarnya sudah menjadi angan angan ku untuk memperbaikinya….but..but..but….hehehe kata “but” adalah alasan paling spektakuler untuk menamini suatu tindakan yang tak sempat terselesaikan.

Ya..ya..ya…that’s my home…., not big but sufficient... Alhamdulilah Gusti Allah masih memberi sejumlah kenikmatan buat ku..... ALhamdulilah..Alhamdulilah.....

Becanda konyol ala anak Gearindo :)

Written on 16.31 by Dimas Sugeng Rachmadi


Becandaan..ala temen temen Gearindo...hihihi...kalo ngebaca masih suka bikin geli..


From: Dimas Sugeng Rahmadi Sent: Thursday, November 27, 2008 10:22 AMTo: Dimas Sugeng Rahmadi; Danang Wibisana; Eka Septia; Yenny Mardiane; Novianty Dwi Mawarti; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Hehehe…cerita yang ketiga…telah saya anulir….dari onta menjadi Gajah…hihihi…..(tetep aja tentang binatang ya?) peace…..

From: Dimas Sugeng Rahmadi Sent: Thursday, November 27, 2008 10:19 AMTo: Danang Wibisana; Eka Septia; Yenny Mardiane; Novianty Dwi Mawarti; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Kemanusiaan ya?
Hmm….ada articles dari teman nih...

Wanita penyelamat Seorang wanita cantik tengah menikmati perjalanannya dengan kapal pesiar... Untuk mengenang perjalanannya, dia menulis dalam buku harian. Tanggal 13: Sebuah keberuntungan buatku. Aku berhasil mengenal kapten kapal dan ternyata dugaanku benar. Dia sangat gagah... Aaah beruntungnya aku. Tanggal 14: Tanpa kuduga sang kapten mengajakku makan malam dan... Alamak dia juga memuji kecantikanku... Aku jadi tersanjung. Tanggal 15: Dia mengajak makan malam lagi. Sang kapten ternyata nakal juga. Dia mulai berani mengajakku bercinta dan menunggu jawabanku besok. Tanggal 16: Dia menagih janji... Dengan jual mahal kutolak dia. (emangnya gua apaan...) eh...dia malah mengancam akan menenggelamkan kapal beserta 1200 penumpangnya. Tanggal 17: Pagi yang cerah. Aku bangga bisa menyelamatkan nyawa 1200 penumpang.

Kakek dan Bra Merayakan ulang tahun perkawinan ke 50-nya, seorang kakek bermaksud membeli hadiah buat si nenek. Berangkatlah si kakek naik bis sambil berpikir, “beli apa ya?” Di sebelah kebetulan duduk seorang gadis yang tengah membaca majalah yang di sampulnya ada iklan bra. Si kakek dapat ide untuk memberi hadiah bra buat nenek. Sampai di toko lingerie, kakek tampak kaget dengan begitu banyak pakaian dalam bergantungan. “beli apa, kek?” kata penjaga toko kaget karena ada kakek-kakek ke tokonya. “Mau beli BH buat nenek.” Si penjaga toko bertanya, “Ukurannya berapa?” Si kakek terlihat bingung, “Nah itu..... masalahnya kakek lupa nomornya dan nggak bawa contoh..” Si penjaga toko mencoba cari ukuran, “Mungkin sebesar jeruk bali, kek?” Si kakek masih terlihat bingung, “Wah, kegedean.” Si penjaga toko iseng bertanya, “jeruk Garut, kali ya?” Kakek berpikir sejenak, “Kayaknya masih kegedean.” Penjaga toko bingung, tapi tak hilang akal, “oh ya, mungkin sebesar telur bebek?” Si kakek tampak bersemangat karena tebakan penjaga toko itu tepat, “Ha, betul!” Matanya berbinar, “Tapi, yang didadar.”

Onta Saya Di tengah Hutan Amazone saat terik matahari siang, Hasim bersama gajahnya berjalan sendirian. Tiba-tiba timbul gairah seks yang menggebu-gebu, Hasim berpikir, “Kenapa sekarang? Di tengah Hutan Amazone begini dengan siapa saya harus melampiaskannya?” Karena sudah nafsu dan pengaruh dahsyatnya hujan amazone membuat otaknya sedikit error, diapun berpikir untuk melampiaskan nafsunya pada Gajahnya. Melihat gelagat aneh majikannya tersebut, si Gajah berusaha menyelamatkan diri dengan berlari. Hasim pun mengejarnya, namun gajah itu sepertinya terlalu cepat untuk dikejar.Tiba tiba ada pesawat yang melintas di tengah hutan amazone tersebut dengan api membakar kedua mesinnya dan pesawat pun itu jatuh sekitar 50 meter dari Hasim berdiri. Hasim menghampiri pesawat tersebut, tak ada satupun penumpang yang terlihat selamat. Saat Hasim akan pergi meninggalkan pesawat tersebut, dia melihat seorang pramugari seksi tergolek tak jauh dari bangkai pesawat... Begitu didekati ternyata pramugari itu masih hidup dan Hasim pun merawat pramugari tersebut.Begitu pramugari itu bangun, ia langsung memeluk Hasim dan bilang, “Anda telah menyelamatkan saya. Saya akan melakukan apa saja untuk membuat Anda senang.” Hasim pun menyambut dengan gembira, “Serius nih? Apa saja?” Pramugari itu berkata dengan nada menggoda,“Apa saja walaupun itu melelahkan”. Hasim pun langsung memegang tangan pramugari tersebut dan berkata, “Tolong bantu tangkap gajah saya, ya!”
"

From: Danang Wibisana Sent: Thursday, November 27, 2008 10:07 AMTo: Eka Septia; Dimas Sugeng Rahmadi; Yenny Mardiane; Novianty Dwi Mawarti; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Ya udah kalo gitu
Peace….

with my bestwishes,
Danang Wibisana
From: Eka Septia Sent: Thursday, November 27, 2008 10:06 AMTo: Danang Wibisana; Dimas Sugeng Rahmadi; Yenny Mardiane; Novianty Dwi Mawarti; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Aku yang mulai…..niy…..

From: Danang Wibisana Sent: Thursday, November 27, 2008 10:04 AMTo: Dimas Sugeng Rahmadi; Yenny Mardiane; Eka Septia; Novianty Dwi Mawarti; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Ah…. Ngurus kebinatangan semua yang mulai siapa …
Kemanusiaannya duong…….

with my bestwishes,
Danang Wibisana
From: Dimas Sugeng Rahmadi Sent: Thursday, November 27, 2008 10:03 AMTo: Danang Wibisana; Yenny Mardiane; Eka Septia; Novianty Dwi Mawarti; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Nah Loh Eka….
Kena omel tuh….makanya jangan ngurusin diri sendiri aja ya..(red: ngurus gajah).....tapi ngurus manusia juga dunk....hehehe....Peace yak.....

From: Danang Wibisana Sent: Thursday, November 27, 2008 10:00 AMTo: Yenny Mardiane; Eka Septia; Novianty Dwi Mawarti; Dimas Sugeng Rahmadi; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Binatang pada diurusin…
Ngurusin diri sendiri ngapa ……
with my bestwishes,
Danang Wibisana
From: Yenny Mardiane Sent: Thursday, November 27, 2008 9:58 AMTo: Eka Septia; Novianty Dwi Mawarti; Dimas Sugeng Rahmadi; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Kalo kodok ada nyanyiannya dan sangat popular,
Contohnya “ada kodok tekotek tekotek dipinggir kali tekotek..tekote..
Trus Bang Ben aja nyanyiin juga “ Sang kodok eh.. eh.. eh sang kodok

From: Eka Septia Sent: 27 Nopember 2008 9:40To: Yenny Mardiane; Novianty Dwi Mawarti; Dimas Sugeng Rahmadi; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Ga tau ya gajah tuh dah go publik…liat iklan FLEXI di tipi duonk…..gajahnya jatoh dari puun……
Kalo kodok iklan apaan ya…..!!!

From: Yenny Mardiane Sent: Thursday, November 27, 2008 9:36 AMTo: Novianty Dwi Mawarti; Eka Septia; Dimas Sugeng Rahmadi; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Waksss???naik daun???kalo kodok naik daun sih iya….gajah???ada2 aza lu pi….

From: Novianty Dwi Mawarti Sent: 27 Nopember 2008 9:34To: Eka Septia; Dimas Sugeng Rahmadi; Yenny Mardiane; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Sepertinya di sini Gajah lg naik daun yaaaa

Best Regards,
Novianty
From: Eka Septia Sent: Thursday, November 27, 2008 9:30 AMTo: Dimas Sugeng Rahmadi; Yenny Mardiane; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Novianty Dwi Mawarti; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Paling ga keren kalo bisa ngingu gajah…coba banyangin kalo miyara kodok….hehehe


From: Dimas Sugeng Rahmadi Sent: Thursday, November 27, 2008 9:27 AMTo: Eka Septia; Yenny Mardiane; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Novianty Dwi Mawarti; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Kalo cinta sudah melekat…..lihat gajah bagai lihat malaikat...(halah)

From: Eka Septia Sent: Thursday, November 27, 2008 9:23 AMTo: Yenny Mardiane; Dimas Sugeng Rahmadi; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Novianty Dwi Mawarti; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Kalo minta gendong kuat…ga ?

From: Yenny Mardiane Sent: Thursday, November 27, 2008 9:19 AMTo: Dimas Sugeng Rahmadi; Eka Septia; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Novianty Dwi Mawarti; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Kalo miara gajah gimana yah??

From: Dimas Sugeng Rahmadi Sent: 27 Nopember 2008 9:12To: Eka Septia; Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Yenny Mardiane; Novianty Dwi Mawarti; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang PurwantoSubject: RE: Love is truly beautiful

Eka,

Thanks a lot.

Regards,
Dimas

From: Eka Septia Sent: Thursday, November 27, 2008 9:00 AMTo: Citra Widayanti; Retno Mulyaningsih; Fransiscus Sunu; Yenny Mardiane; Novianty Dwi Mawarti; Tommy; Nurhasanah; Danang Wibisana; Danang Purwanto; Dimas Sugeng RahmadiSubject: Love is truly beautiful

Have a nice day….

Thanks,
Eka Septia